Serunya Traveling ke India (part 1)
Perjalanan India kemarin terlalu
seru sampai bingung harus mulai cerita dari mana. Awalnya beberapa orang
bertanya kenapa sih pilih India. Kenapa ya? Hmmmmm sebenernya sih males dingin
kalau ke Korea atau Jepang. Saya cuma punya waktu liburan bulan Januari, nah
Januari itu Korea Jepang lagi dingin jadi cari tempat lain. Sempat kepikiran
mau ke Nepal sih. Tapi pas dipikir-pikir lagi, India aja deh karena ada Taj
Mahal. Antimainstream juga kayanya kalau ke India karena belum nemu teman-teman
yang pernah ke India. Eeeh ternyata pas India bareng sama Yaya Hamish. Gagal
antimainstream, semua orang jadi bahas Yaya Hamish ke India. Niat ke India biar
ga dingin taunya di India 6derajat. Kalian kaget kan India suhunya bisa sampe
6? Kalau siang gak terlalu dingin sih tapi masih 14an.
Persiapannya dimulai dari
Desember. Apply visa, booking hotel, booking kereta. Sebenernya Indonesia
passport holder bisa visa on arrival tapi dari beberapa referensi yg sudah saya
baca sih tidak disarankan VOA karena antriannya lumayan takes time. Cara kedua
mendapatkan visa India adalah dengan datang ke kedutaan India di Jakarta.
Sebelumnya harus melengkapi dokumen terlebih dahulu lalu datang kesana dan visa
bisa diambil beberapa hari setelahnya. Cara kedua ini juga cukup merepotkan
bagi saya. Ada cara ketiga yang paling mudah yaitu evisa. Apply langsung di
website kedutaan India kemudian upload semua dokumen yang diminta dan melakukan
pembayaran menggunakan credit card. Setelah visa nya granted lalu di print dan
diserahkan ke petugas imigrasi nanti di India. Ada beberapa airport yg tidak
menerima evisa. Semua keterangan lengkap di website nya. Kalau masuk melalui
Delhi, Indira Gandhi International Airport bisa menggunakan evisa.
Untuk booking hotel, saya pakai
booking.com jadi hanya booking dan pembayaran langsung ketika saya sampai di
hotel. Hotel di belakang taj mahal harganya murah-murah. Saya pilih hotel
dengan restaurant di rooftop jadi bisa sarapan sambil melihat Taj Mahal dengan
harga 190rb semalam untuk 2 orang. Kalau untuk hotel yg di Delhi saya pilih yg
agak mahal sekitar 400rb semalam untuk 2orang. Awalnya saya pilih hotel asal
saja karena malas pilih-pilih, toh saya mikirnya bisa diganti tanpa charge asal
belum dekat hari check in nya. Tapi pada akhirnya saya tidak ganti hotek karena
memang malas mencari. Di Agra hotel yg saya pilih namanya Kamal Hotel kalau di
Delhi namanya Aura.
Sedangkan untuk kereta saya juga
booking jauh hari karena takut kehabisan. Booking di website untuk booking kereta
di India yaitu IRCTC. Awalnya Anda harus sign up terlebih dahulu dan ada
biayanya, saya lupa. Tapi murah kok dibanding harus beli tiket langsung di
stasiun. Orang India tidak ada yg mengantri. Bisa gila kalau mau beli tiket
disana. Untuk tanya jadwal keberangkatan saja susah. Oiya walaupun di tiket
sudah tertera tetap harus cek lagi karena kereta mereka sering delay. Beberapa
pengumuman tidak tertulis dalam bahasa Inggris. Saya harus bertanya ke orang
yang kira-kira bisa bahasa Inggris. Saya booking kereta untuk 3trip. Di hari
pertama Nizzamudin Railway Station kode di IRCTC NZM ke Agra (AGC). Kemudian
untuk hari kedua saya booking sleeper train AGC ke Udaipur (UDZ). Untuk hari
ketiga juga sleeper train kembali ke Delhi (UDZ to NZM).
Oiya untuk rupee lebih baik tukar
disana saja. Jauh lebih menguntungkan. Dari Indonesia bawa rupee sedikit saja
sekedar untuk makan dan transport dari airport. Kalau tukar di airport sedikit
lebih mahal jadi lebih baik tukar di daerah kotanya. Jadi ketika kesana bawa
saja USD karena mereka tidak mau rupiah ditukar rupee. Kalau tukar di Indonesia
1rupee sekitar 230rupiah tapi kalau disana bisa 1rupee kurang lebih 215rupiah.
Lumayan.
Day 1
Sampai di Indira Gandhi
International Airport sekitar jam 1 siang langsung makan kfc yg ada di airport.
Saya benar-benar tidak bisa berdamai dengan makanan India dari baunya sampai
rasanya. Daripada lapar lebih baik makan kfc ayam 2 dan kentang seharga
275rupee. Kfc di India nasinya kuning-kuning gitu seperti nasi kari. Sadddddd.
Lalu mencari taksi ke Nizzamudin karena kereta kami ke Agra pukul 16.00. Biaya
taxi nya 440rupee bayar langsung di loket dalam airport kemudian cari antrian
taxi nya di depan. Sampai di Nizzamudin kami hanya duduk menunggu kereta
datang. Di beberapa sudut stasiun tercium bau pesing. Ingin munmun rasanya
setiap jalan semiliwir bau pesing. Orang India sering pipis sembarangan.
Misalnya di jalan lagi nyetir mobil lalu ingin pipis mereka dengan santainya
memarkir mobil di pinggir kemudian pipis di semak-semak. Di stasiun pun saya
lihat ada yang pipis di dekat stasiun.
Stasiunnya kacau. Ramai sekali.
Ruang tunggu khusus wanita diisi dengan laki-laki. Kamar mandinya sangat
menjijikkan bahkan belum sampai kamar mandi sudah tercium bau pesingnya.
Petugas di stasiun tidak bisa bahasa inggris. Kereta saya delay sampai 2.5jam.
Untung ada pria paruh baya baik hati yang membantu cek nomor tempat duduk saya
dan memberitahu saya ketika kereta datang karena kami akan naik kereta yang
sama.
Kereta yg booked adalah kereta
kelas 1 dan ternyata sleeper train tapi dalam bilik privat gitu. Pantas saja
harganya mahal. Saya salah book. Harganya jauh lebih mahal daripada Agra
Udaipur yg ditempuh dalam waktu 8jam sedangkan Delhi Agra hanya 3jam. Ya udah
ga papa. Naik kereta yg agak bagus. Karena saya harus turun bukan di stasiun
akhir jadi takut kelewat. Tapi ada bapak-bapak baik hati yang akan memberitahu
saya jika sudah tiba di Agra. Bapak itu juga yang membantu saya mencari nomor
tempat tidur saya ketika saya sulit menemukannya. Pertolongan Allah ada di
mana-mana.
Sampai di Agra, pukul 21.00
dingin dan cukup menyeramkan menurut saya. Kami sempat mengobrol dengan
oppa-oppa dan mereka berkeliling India kurang lebih 20hari. Mereka terkejut
ketika tau kami hanya 5hari. Terlihat salah seorang dari oppa tersebut sedang
video call dengan kekasihnya. Bagi saya India memang menarik dan harus
dijelajahi mungkin sampai 20hari. Oppa baik itu memberikan kami koneksi wifi
untuk menghubungi pihak hotel apakah jadi menjemput atau tidak. Ternyata tidak
karena sudah terlalu malam.
Day 2
Pagi ini dimulai dengan sarapan
di rooftop hotel dengan pemandangan Taj Mahal. Jadi saking besarnya bangunan
Taj Mahal, itu bisa dilihat dari semua hotel di sekitarnya. Kalau Anda cari
hotel di pintu timur selatan barat atau utara sekalipun tetap akan terlihat.
Karena saya tidak bisa makan makanan India jadi pesannya nasi goreng dan
scramble egg. Pagi itu suhunya sekitar 6derajat.
![]() |
Enak karena laper, pemandangannya juga cantik. Taj Mahal! |
Selesai sarapan saya mencari
tuktuk di depan hotel untuk disewa seharian berkeliling Agra. Transportasi di
India paling mudah adalah dengan tuktuk (semacam bajaj) atau taxi kalau budget
Anda sedikit lebih tinggi. Tuktuk ada di mana-mana. Cukup sebutkan tujuannya
lalu supirnya akan menyebutkan ongkosnya, kalau dirasa terlalu mahal langsung
ditawar saja. Menurut saya sih murah karena tidak jauh harganya dengan gojek di
Jakarta. Apalagi tuktuk ini bisa untuk 2
orang jadi lebih murah lagi. Kalau malas ganti-ganti tuktuk, sewa saja untuk
satu hari. Untuk sehari berkeliling Agra saya membayar 450rupee dengan tujuan
akhir Agra Station. Murah kan? Sekitar 100rb untuk keliling dan untuk 2 orang.
Hotel yg saya booked terletak di
pintu selatan Taj Mahal, hanya berjalan 100m sudah masuk ke komplek bangunan
megah itu. Biaya masuknya 1000 rupee untuk foreign tourist. Kalau untuk
domestic hanya 50 atau 100 rupee (lupa). Biaya itu sudah termasuk air mineral
dan cover shoes. Nanti ketika masuk ke makamnya harus memakai cover shoes itu
supaya tidak merusak lantai marmernya. Suasana di Taj Mahal pagi itu ahhh susah
digambarkan dengan kata-kata. Dingin sekali tapi terasa romantisnya.
Bangunannya megah dan penuh cinta. Di dalam bangunan tersebut hanya ada 2 makam
raja di sebelah istri yang sangat beliau cintai. Ketika masuk ke dalam dijaga
oleh 2 tentara dan memang tidak boleh mengambil gambar. Jadi memang tidak ada
yang tau isi Taj Mahal kalau tidak datang langsung dan melihat sendiri.
Selesai dari Taj Mahal kami
berjalan kaki pulang ke hotel karena tuktuk yg akan mengantar kami berkeliling
menunggu di depan hotel. Perjalanan kami lanjutkan ke Agra Fort. Biaya masuk
Agra Fort 500rupee. Perhatikan antrian yang ada. Antriannya terpisah dengan
warga local. Biasanya antrian untuk foreign tourist lebih pendek daripada yang
local. Agra Fort itu sangat instagramable. Banyak spot buat foto cantik tapi
sayangnya semua ada di hp yang ilang. Cerita kehilangan di India akan
dilanjutkan di part 2 mehehehe.
Tempat wisata selanjutnya menurut
supir tuktuk adalah baby taj mahal tapi kami memutuskan tidak masuk kesana
karena sudah melihat Taj Mahal aslinya yang besar. Buat apa lagi lihat yang
baby nya. Di perjalanan setelah dari baby Taj Mahal minta berhenti di kantor
pos. kantor pos di India super butut (oops) terus agak rame gitu mungkin banyak
orang yang kirim uang atau bayar tagihan listrik kaya di Indonesia. Harga untuk
kirim postcard ke manapun kurang lebih butuh perangko senilai 6000 rupiah. Harga
postcard nya pun sama tetapi kualitas sangat jelek. Mending beli di tempat
wisata aja sebuku dapet banyak lebih bagus dan jauh lebih murah. Saya beli
perangko lebih untuk disimpan atau siapa tau di Udaipur ingin kirim postcard
lagi jadi tinggal masukkan ke kotak pos.
Hari sudah siang dan kami lapar. Kami
mengatakan ke supir tuktuk untuk diantar ke restaurant yang bukan menyediakan
makanan India. Kemudian dia membawa kami ke sebuah western restaurant yang
isinya bule-bule dengan harga yang cukup mahal kalau untuk standar India. Tapi kalau
untuk orang-orang Indonesia, harganya standar kok 100rb an per orang sudah
termasuk minum. Porsi makannya sangat besar. Kami pesan 2 porsi yang berujung
pada 1 porsi dimakan 1 porsi dibungkus.
![]() |
Spageti sama nasi goreng. Tapi tetep nasinya pake nasi biryani yg panjang2. |
Perut sudah terisi saatnya
kembali ke hotel untuk ambil barang dan ke stasiun. Saya penasaram tentang
keberadaan masjid di sekitar hotel karena ketika subuh terdengar suara adzan
bersaut-sautan. Itu berarti ada beberapa masjid di dekat hotel. Saya tanya ke
penjaga money changer, masjid di sebelah mana kemudian di jawab ada di dalam
komplek taj mahal. Ya kaleeee w balik lagi ke Taj Mahal orang udah mau ke
stasiun. Tapi akhirnya dia bilang ada di sebelah sana sekitar 100m dari hotel. Berjalanlah
saya kesana seorang diri. Teman saya memilih menunggu di hotel. Sampai disana
bentuknya tidak terlihat seperti masjid-masjid di Indonesia. Seperti rumah
biasa saja yang sedang di renovasi, ada beberapa tukang.
![]() |
Saking dinginnya, kambing di depan masjid sampe dipakein baju. |
Di bangunan tersebut terlihat
berapa kelompok laki-laki sedang mengaji. Sempat terbesit di pikiran saya,
jangan-jangan ini asrama laki makanya tidak ada perempuan satupun. Tapi ah mau
solat masa iya ga boleh. Lalu saya celingak-celinguk cari tempat wudu dan kuli
bangunan disana peka tau kalau saya mau wudu. Dia nunjuk ke tempat wudu dan sandal
yang lagi nganggur. Masuk ke masjid agak bingung juga mau solat di sebelah
mana. Untungnya ada anak laki yang lagi ngaji baik mau nunjukkin tempat
solatnya. Pas mau solat, tiba-tiba ada kambing dooong. Plis kambing di dekat
saya kan takut diseruduk ya mengingat adik saya pernah di seruduk kecil waktu
kecil. Lagi, ada lelaki peka. Mungkin lelaki di India peka-peka tidak seperti
di Indonesia. Kayanya pak ustad yang nyuruh salah satu muridnya mengusir
kambing di dekat saya.
Ketika saya sedang memakai
sepatu, beberapa anak kecil mengamati saya sambil berbisik. Lama-lama mereka
mendekat. Saya hanya tersenyum karena tidak tau harus berbicara apa karena saya
pikir mereka tidak bisa bahasa inggris. Saya hanya berkata assalamualaykum
beberapa kali jika ada orang yang mengamati saya. Tiba-tiba salah satu dari
anak tersebut berkata “min aina anta?”. Untungnya saya pernah belajar bahasa
arab walaupun nilai ulangannya 3 atau 4 tapi saya masih ingat arti kalimat tersebut.
Kamu dari mana? Saya jawab, Indonesia kemudian mereka saling berbisik kembali
dalam bahasa mereka. Saya hanya tersenyum. Lalu datanglah seorang anak yang
lebih besar dari anak-anak itu. Si besar itu mengobrol dengan adik-adiknya
tersebut kemudian berbicara dengan saya dalam bahasa inggris. Hanya dia
satu-satunya yang bisa berbahasa inggris. Ternyata mereka hanya ngaji sore
seperti TPA di Indonesia, paginya mereka sekolah. Untuk yg perempuan ngajinya
di lantai 2 makanya lantai 1 hanya ada lelaki. Ketika saya bilang dari
Indonesia, dia langsung tau kalau Indonesia negara dengan jumlah muslim yang
banyak. Selesai berbincang, saya minta untuk foto bersama mereka. Si besar
minta tolong ke kuli bangunan yang sedang bekerja untuk mengambil gambar kami. Dia
memberikan hp saya sambil mengajari bagaimana caranya mengambil gambar. Hasilnya?
Blur semua :)
Si besar kemudian inisiatif untuk mengambil gambar saya dan teman-temannya. Hasilnya
ok.
![]() |
Si besar yg bisa berbahasa Inggris tidak ada di foto. Anak2 kecil itu yg nanya pake bahasa arab. |
Pukul 17.00 kami berangkat menuju
Agra station. Dan tidak lupa berfoto dengan supir tuktuk yang sudah berbaik
hati mengantar kami seharian ini. Karena kami rasa dia cukup baik jadi kami
memberikan uang lebih dari harga yang disepakati di awal.
Cerita tentang kehilangan tas senilai lebih dari 10juta akan dibahas di part 2.
Komentar
Posting Komentar