Solo Traveling ke Phonm Penh dan Ho Chi Minh City


Setelah tahun lalu 2018 menunda ke Phonm Penh, Cambodia dan memilih Manila, Philippines akhirnya tahun 2019 bisa ke Phonm Penh. Buat yg tidak tahu, Phonm Penh itu adalah ibukota dari Cambodia atau dalam bahasa Indonesia biasa disebut Kamboja (saya suka kesel kalau ada orang Indonesia yg tidak hafal ibukota minimal negara-negara di Asia Tenggara, waktu pelajaran IPS SD tidur apa gimana? Maap emosi). Untuk tiket PP Jakarta-Phonm Penh saya dapat dengan harga 1.5jt Malindo sudah include bagasi dan meal on board. 

Untuk mata uang Cambodia mereka menggunakan riel Cambodia dan US dollar. Disana memang ada 2 mata uang yang berlaku jadi jangan heran. 1usd itu sama dengan 14000 riel jadi misalnya kita membeli sesuatu seharga 3usd menggunakan uang 5usd maka kembaliannya bisa 2usd atau 28000 riel. Begitupun sebaliknya, bayar riel bisa kembaliannya dollar. Cuma kadang dollar yg ada di Cambodia sudah kucel-kucel jadi kalau dibawa pulang ke Indonesia mungkin tidak akan laku ditukar ke rupiah.

One Stop Hostel lokasinya di sebrang Mekong river jadi dari kamar bisa terlihat Mekong di malam hari. Harga semalamnya 80rb untuk female dorm 8 beds. Kamar mandinya sangat bersih dan terletak di sebelah kamarnya persis. Mereka juga menyediakan peralatan mandi. Untuk handuk bisa pinjam dengan deposit $5. Oiya mereka juga menyediakan laundry service dengan biaya $1 per kilogram, pagi ketika akan jalan-jalan menyerahkan baju kotor, sorenya ketika pulang sudah selesai. Sangat membantu sekali.


Day 1
Sampai di airport saya langsung naik tuktuk dari dalam airport karena cuaca cukup panas jadi saya malas cari tuktuk di luar airport yang biayanya lebih murah. Suasana jalanannya tidak jauh berbeda dengan Bangkok. Chaos dan bunyi klakson di mana-mana. Panas terik sudah jelas, tidak perlu ditanya. Setelah check in hostel, saya langsung menuju Wat Phnom dengan berjalan kaki. Perjalanan saya lanjutkan ke Royal Palace. Sorenya saya menikmati sungai Mekong sambil menunggu Warung Bali buka sekitar pukul 17.00. Bagi Anda yang memiliki budget lebih, Anda bisa membeli paket dinner di atas kapal sembari menikmati sungai Mekong di malam hari. Saya pribadi merasa cukup dengan menikmati Sungai Mekong dari tepi saja.






Hari itu saya belum tertarik mencoba makanan di tempat local jadi saya memutuskan untuk makan Warung Bali saja. Saya pesan nasi goreng dan es teh manis. Saya merasa patut menghadiahi diri saya dengan 2 gelas es teh manis setelah berjalan jauh di bawah terik matahari. Oiya pemilik Warung Bali adalah orang Indonesia asli. Dia selalu memberikan diskon untuk setiap orang Indonesia yang datang. Gelas es teh kedua saya dia berikan secara cuma-cuma. Saya sempat mengobrol dengan seorang Bapak yang bekerja di Phonm Penh. Dia kaget saya perempuan traveling sendiri dan memberitahu saya tentang banyaknya jambret di Phom Penh. Lalu meminta saya untuk berhati-hati dengan barang bawaan saya.

Malamnya ketika saya sudah beristirahat di hostel, saya mendengar suara perempuan teriak. Saya bergegas mengintip melalu jendela kamar dan ternyata suara itu dari seorang wanita bule yang tasnya baru dijambret tepat di depan hostel saya menginap. Pelakunya datang dari arah berlawanan bule itu berjalan menggunakan motor. Creepy. Tidur nyenyak.

Day 2
Pagi ini akan menuju Ho Chi Minh City (HCMC) menggunakan bus sekitar 5 jam perjalanan. Untuk bus pulang pergi sudah saya booking sebelumnya. Sebelumnya saya memesan pancake di hostel untuk sarapan. Rasanya enak sekali, aduh fluffy nya mirip seperti pancake nannys. Dari hostel menuju pool bus naik tuktuk grab seharga 6000 riel. Di Phnom Penh kita bisa pesan tuktuk via grab aplikasi yang biasa kita gunakan di Indonesia.

Sedikit cerita tentang border Cambodia dan Vietnam. Kita hanya akan disuruh turun bus oleh kondektur dan menyerahkan passport kita ke dia. Pertama, saya sangat takut karena ketika di luar negeri, passport menjadi satu-satunya identitas kita jadi saya agak gak percaya ketika harus menyerahkan passport ke kondektur. Beberapa bule dan yang berada dalam bus yang sama dengan saya juga meragukan hal itu. Akhirnya kami berkumpul bersama sambil mengamati kondektur busnya. Ternyata memang begitu biasanya. Semua penumpang menyerahkan passport ke kondektur nanti kondektur yang akan memproses semuanya sampai selesai kemudian memanggil nama kita masing-masing dengan keadaan passport sudah di cap. Mudah sekali padahal itu akan masuk ke negara orang. Bahkan masuk dengan membawa barang melewati mesin xray tanpa dicek. Ada juga orang yang turun dari motor masih menggunakan helm lalu cap passport dan kembali ke motornya. Enjoy seperti belanja di alfamart. Tips dari saya, hafalkan muka orang-orang yang 1 bus dengan kita, hafalkan juga kondektur bus supaya kita tidak ketinggalan bus setelah pemeriksaan imigrasi.

Sampai di HCMC sekitar pukul 2 siang, saya langsung membeli sim card local karena Vietnam tidak termasuk dalam jangkauan XL Day Pass. Harga simcard yang paling murah $5, masih terbilang mahal mungkin karena saya membelinya di daerah tourist. Saya juga menukar VND dari USD. 1 USD setara dengan 20000 VND. Setelah saya cek, tukar uang di money changer dekat Benh Tanh market ternyata lebih murah. Disana 1 USD dihargai 23150 VND. 

Saya pilih operator bus yang terletak di district 1 jadi saya bisa jalan kaki ke hostel yang sudah saya pesan. District 1 adalah daerah yang ramai di HCMC, banyak hostel, money changer dan segala kebutuhan tourist. Setelah check in saya berjalan ke Benh Tanh market dan menemukan penjual kopi vietnam. Kopi ini pernah viral di Indonesia karena digunakan sebagai media untuk membunuh orang. Jadi tidak mungkin bagi saya untuk tidak mencobanya langsung dari negara aslinya. Perjalanan dilanjutkan menuju Benh Tanh food market. 

Saya hanyalah manusia biasa yang tidak luput dari salah dan khilaf. Di sebelah Benh Tanh food market ada sebuah kedai yang menjual pho yang sudah certified halal tapi harganya cukup mahal. Harganya masih lebih mahal dibandingkan dengan semangkok pho dan 2 buah spring roll yang dijual di Benh Tanh food market. Jadilah saya pilih yang lebih murah tanpa certified halal. Awal mau pesan spring roll saya agak ragu karena isinya terlihat banyak sayurannya. Tapi masa iya tidak mencoba langsung di negaranya? Daaaaaaan setelah saya coba, oh my lord, rasanya soooooo gedw! Saya pasti akan beli lagi kalau ke Vietnam suatu hari nanti atau beli di resto Vietnam yang ada di Indonesia. Kalau pho rasanya mirip-mirip sama mie kocok bandung. Enak dan gurih dengan potongan daging sapi yg besar-besar.


Malamnya saya hanya melihat-melihat taman yang ada di sekitar hostel dan menikmati ramainya HCMC di malam hari. Saya tidak pernah berani menyebrang sendirian di HCMC, saya pasti menunggu ada orang datang yang mau menyebrang juga. Jalanannya sangat amat chaos sekali. Malam itu saya juga melihat langsung ketika tas seorang wanita dijambret pengendara motor. Oiya keliling HCMC hari ini semua ditempuh dengan jalan kaki, tidak mencoba go-viet atau gojek versi Vietnam yang banyak di mana-mana.

Saya menginap Kaiteki hotel & capsule yang sudah saya booking sebelumnya dari traveloka dengan harga 88rb per malam. Capsulenya sangat nyaman, kamar mandinya bersih cuma mereka tidak menyediakan sabun dan shampoo secara gratis. Saya beberapa kali menginap di capsule hotel, biasanya mereka menyediakan peralatan mandi gratis.

Day 3
Pagi ini saya memutuskan berjalan lagi ke arah Benh Tanh market karena ada sebuah jalan yang berisi makanan halal, hampir semua jual makanan Malaysia. Pilihan Musa Kariem Halal Restaurant dan tentu saja saya pilih nasi lemak kecintaan seharga 80000VND. Setelah kenyang makan nasi lemak dan berbincang sedikit dengan makcik-makcik Malaysia yang kaget juga karena saya traveling sendirian, perjalananan dilanjutkan ke Cathedral Notredam. Bangunan ini sangat iconic, kayanya semua orang yang ke HCMC pasti kesini. Di sebrangnya ada Saigon Post Office jadi silakan mencoba untuk kirim postcard untuk teman-teman atau diri sendiri ke Indonesia. Untuk postcard nya, disana jual dengan berbagai macam pilihan gambar. Tidak jauh dari Saigon post office, ada starbucks reserve. Ketika mengunjungi suatu negara, membeli tumbler starbucks dari negara itu adalah sebuah kewajiban bagi saya. Jadi saya mampir ke starbucks dulu sekalian berteduh dari terik matahari.

Bus saya menuju Phonm Penh akan berangkat pukul 13.00 jadi saya harus check out dan berjalan ke pool bus. Tidak lupa mencoba cemilan Vietnam dan onigiri di seven eleven sebelum pergi. Pasti kembali lagi ke HCMC karena saya suka dan sangat menikmati hiruk pikuk kotanya, ntah kenapa.

Day - 4
Pagi ini pesan sarapan di hostel tapi agak menyesal kenapa tidak pesan pancake seperti 2 hri yang lalu. Tujuan hari ini ke Russia Market atau pasar tradisional namun letaknya agak jauh. Jadi saya memutuskan untuk naik grab tuktuk karena sudah malas jalan. Berkeliling sebentar di pasar kemudian menemukan KFC di depan pasar. Tidak mungkin tidak coba KFC meskipun sudah sarapan. Rasa KFC nya enaaaaaak seperti KFC di Malaysia dan halal. Ternyata KFC Phnom Penh satu company dengan KFC di Malaysia.

Nah perjalanan ke tempat selanjutnaya mikirnya sejutaaaaa kali karena saya kan penakut lalu mau ke tempat bekas genocide. Tapi lagi-lagi pemikiran “masa iya udah sampe sini gak coba liat” membuat saya memutuskan Tuol Genocide Museum. Saya sewa sebagai guide online supaya ada yang menjelaskan tentang kejadian-kejadian di bangunan itu pada masa lampau. Selama berkeliling bangunan itu tentu saja saya tidak berani sendiri. Saya selalu menempel bule-bule yang ada wkwkwk karena tempatnya sangat mencekam bahkan masih ada beberapa bercak darah. Ada satu ruangan yang berisi foto-foto para korban genocide close up satu per satu. So Creepy. Saya juga melihat ruangan tempat mereka ditahan. Katanya mereka dimandikan secara masal dan hanya dilakukan sebulan sekali. Serem pokoknya!

Bangunan bekas tempat penyiksaan.



Kakek yg menjadi korban dan masih hidup sampai sekarang.
Selesai keliling bangunan tersebut ada sesi penjualan buku mengenai kejadian itu yang ditandatangani oleh salah satu korban yang merasakan langsung dan masih hidup sampai sekarang.
Nah di hari terakhir ini memutuskan untuk mencoba makanan khas Cambodia. Jadi memutuskan untuk kembali ke Warung Bali. Ternyata rasanya enaaaaaaaaaak! Ikan tapi tidak amis. Huhuhuhu maafkan diri ini yang sering underestimate makanan ya allah. Kenyang makan amok lalu pulang jalan kaki karena sudah berniat akan pesan loklak di hostel. Loklak adalah makanan khas Cambodia juga selain amok. Rasanya pun enak dan membuat saya ingin makan lagi kalau suatu hari nanti ke Cambodia lagi. Ketika tulisan ini dibuat, saya sembari menelan ludah membayangkan rasa amok dan loklak.

Amok warung bali Phnom Penh

Malamnya memutuskan jalan-jalan ke Phnom Penh night market yang bisa ditempuh dengan jalan kaki 100meter dari hostel. Ada panggung plus penyanyinya mungkin kalau di Indonesia semacam penyanyi dangdut. Setelah melihat-lihat keadaan di night market dan beli beberapa kaos saya langsung menuju hummus house yang letaknya persis di sebelah hostel. Sejak hari pertama, saya sudah merencanakan untuk makan hummus disana karena beberapa minggu sebelum ke Phonm Penh saya ingin sekali mencoba hummus. Voila ada di sebelah hostel. Mungkin karena sudah terlalu kenyang sehari makan 4x dan rasa hummus yang ternyata terlalu asem jadi gak habis deh. Tapi lumayan enak kok hummus, rasanya cukup nyaman di lidah saya. Kalau makan hummus pake chitato atau chips yang lain kayanya akan lebih enak.Buat yg belum tau hummus itu apa, hummus semacam saos cocolan mayonnaise biasanya ada di makanan timur tengah.
Hummus wrap (?)


Day 5
Hari terakhir. Selesai sudah solo trip santai saya kali ini yg isinya hanya pusing mau makan apa lagi. Berharap ada teman supaya bisa sharing makanan dan memperkaya lidah dengan coba lebih banyak rasa makanan lagi. Sebelum ke airport, tentu tidak ketinggalan breakfast pancake enak di hostel. Lalu pesan grab tuktuk ke airport. Oiya uang dollar dari Cambodia sebaiknya dihabiskan karena bentuk uangnya agak rusak jadi kalau ditukar rupiah di Indonesia pasti tidak laku. Apalagi kalau mau tukar riel, jarang ada yg terima. Jadi bawa uang secukupnya saja.

Transit di Malaysia adalah sebuah kewajiban makan KFC nasi ayam 2. Nikmatnyaaaaaaaa!
Sampai jumpa di cerita jalan-jalan lainnya! Semoga di cerita berikutnya saya berhasil bikin laporan pengeluaran dengan rinci karena saya selalu gagal. Perjalanan ini kurang lebih 3jt untuk 2 negara include return ticket 1.5jt. Eh lupa juga, mungkin 4jt atau malah 5jt hehe. Tapi kalau 5jt kayanya tidak mungkin karena saya tidak belanja.

Komentar

Postingan populer dari blog ini

5 Hari Hongkong Macau - all in 10jt

Main di Pandora Bandung

3 days trip to Bangkok and Hua Hin